TERSESAT DALAM KABUT
Oleh Dian Nangin
Ingatan terakhir yang terpatri di benakku
sebelum aku terjebak dalam kabut ini adalah betapa sibuknya aku mengurusi
babi-babi peliharaanku. Aku sedang mencampur dedak pada pakan babi yang kutanak
sebelum menumpahkannya ke palungan-palungan kosong, yang kemudian akan diserbu oleh
moncong-moncong penuh liur yang tak pernah sabar.
Aku
telah terbiasa dengan kabut, sebab ia memang sering menyelimuti desa ini, menimbulkan
kesan muram. Ketika aku berkutat dengan makanan babi sore itu pun, gerimis
bersanding kabut baru saja usai merinai, menyisakan jalan berlumpur dan
titik-titik air yang menggantung di ujung rimbun dedaunan pohon yang memadati
pekarangan belakang pondokku. Pepohonan yang bila tersenggol sedikit saja akan
menjatuhkan titik-titik air itu seolah hujan kembali turun.
Namun gugusan kabut ini
terasa asing. Ia memang masih dingin sebagaimana biasanya, tapi ia seakan
bernyawa. Seakan ada tarikan nafas dari hidung-hidung tak terlihat. Seolah ada
tatapan yang mengekori gerak-gerikku............
Untuk membaca cerpen ini lebih lengkap, silakan kirim email ke dian_nangin23@yahoo.co.id, saya akan mengirimkannya dalam bentuk PDF.
Sekian.
Terima kasih.