Salam literasi!
![]() |
dokumentasi pribadi |
Akhirnya, buku antologi ini
sampai juga ke tangan saya setelah penantian yang cukup panjang! Ini adalah
buku antologi pertama saya, tanpa bermaksud narsis ataupun pamer. Ya iyalah,
apa juga yang hendak dipamerkan? Masih ada banyak penulis yang lebih senior dan
lebih sukses dari saya, serta sudah punya puluhan buku yang diterbitkan. Tapi,
biarlah buku antologi saya yang pertama ini menjadi lecut penyemangat agar saya
terus berkarya lebih baik lagi. Nah, izinkan saya mengulas buku yang sederhana
ini.
Buku
antologi ini berisi lima cerita pendek dari enam penulis pemenang lomba menulis
yang diadakan oleh Tulis.me pada tahun 2019 lalu, dimana saya menyabet posisi
kedua. Menurut saya, buku ini diterbitkan lebih sebagai dokumentasi dan
kenang-kenangan, alih-alih untuk komersil. Berikut saya cantumkan nama penulis
serta judul masing-masing karyanya, dengan nomor urut sesuai dengan posisi
pemenang:
1. Solilokui Strukturalisme Cerita Pendek
dan Kematiannya di Tangan Cerpenis (Encep Abdullah)
Cerpen
ini sungguh unik, menurut saya. Penulis menjadikan unsur-unsur dalam cerpen
seperti tema, judul, tokoh dan penokohan, alur, latar dan lain-lain sebagai
tokoh utama dalam cerpennya. Kisahnya sendiri cukup mewakili apa yang saya
rasakan sebagai penulis cerita pendek, cukup menyentil di beberapa bagian.
2. Ketakutan Terbesar (Dian Nangin)
Temanya
adalah keresahan seorang penulis cerpen yang takut kehilangan daya
imajinasinya. Ia lebih takut kehilangan kemampuannya mengarang cerita daripada
kehilangan istri dan kehidupan yang nyaman pun mapan.
![]() |
dokumentasi pribadi |
3. Kisah Cinta yang Buruk (Dadang Ari
Murtono)
Kisah
tentang dua manusia yang bertemu dalam sebuah perjalanan dengan kisah cinta
masing-masing yang menyedihkan. Si perempuan dengan kehidupan cintanya yang
tragis, dan si lelaki dengan kisah asmaranya yang terhalang restu. Sebenarnya,
ada sebuah peluang lagi untuk menghadirkan cinta yang lain di antara kedua
manusia tersebut dan memungkinkannya untuk berakhir baik, namun mereka
memutuskannya untuk menjadi kisah cinta yang buruk.
4. Saat Hujan Membiusmu (Galih Pangestu
Jati)
Tentang
kegelisahan tokoh utama akan kekerasan seksual yang menimpa anak-anak, termasuk
anaknya, dengan kecurigaan bahwa pelaku bisa siapa saja bahkan orang-orang
terdekatnya.
5. Tuan yang Tidak Mengampuni Para Penulis
Cerita yang Buruk (Erwin Setia)
Penulis
berkisah tentang seorang pemimpin kota Jerita yang bernama Tuan Yulden yang
mempunyai obsesi akan sebuah cerita—tentunya cerita yang baik. Ia adalah
pemimpin kota Jerita yang sungguh berbeda dari para pemimpin kota sebelumnya.
Selama masa jabatannya, ia mengeluarkan sebuah peraturan baru. Barang siapa yang menulis atau
mengungkapkan suatu cerita yang buruk,
maka ia layak menerima hukuman mati.
Buku
ini diterbitkan oleh CV Jejak dengan jumlah halaman 65 halaman (termasuk
halaman profil para penulis). Buku yang cukup tipis dan dapat dibaca dalam
sekali duduk, namun berisi cerita-cerita pendek yang padat. Para juri tentunya
memiliki kriteria dan pertimbangan sendiri dalam memilih karya-karya di atas
sebagai pemenang. Dan saya bersyukur bisa menjadi salah satunya.
Saya
berharap kemenangan dan adanya buku antologi ini menjadi pemacu bagi diri saya
sendiri agar tidak lelah-lelah berkarya, juga menjadi penyemangat bagi
teman-teman yang lain ingin menulis/memenangkan lomba menulis.
Saya
juga berharap Tulis.me tidak jemu-jemu mengadakan lomba menulis, baik menulis
cerpen atau puisi atau apapun, sebab menggagas lomba menulis juga merupakan
bagian dari melestarikan literasi.
Salam.
Salam kenal Mbak.
BalasHapus-Encep Abdullah-
Wah, ada penulis kondang mampir ^^
Hapussalam kenal kembali, Mas...