![]() |
ilustrasi oleh Harian Waspada |
TAK ADA JALAN PULANG
Oleh Dian Nangin
Angin laut yang masuk lewat jendela meniup wajahku. Aromanya yang asin menyelinap di helai-helai rambut. Kendaraan yang kutumpangi melaju menusuk jantung kampung nelayan tempatku berasal. Dua puluh tahun lebih aku telah pergi. Waktu itu aku masih berumur tujuh belas, bermodal nekat dan tekad untuk mematahkan asumsi penduduk kampung yang pesimis bahwa kami, orang-orang pesisir yang miskin ini, mustahil menaklukkan kota.
Hari ini aku datang hanya untuk memastikan keadaan seseorang. Satu-satunya sosok berharga yang kumiliki. Walau tumpukan rindu ini sungguh menuntut pertemuan, namun aku tak ingin bersua karena yakin aku tak akan mampu menatap matanya, tak akan sanggup menjawab berondongan pertanyaannya. Ia juga pasti akan melakukan berbagai upaya untuk mencegahku pergi lagi, sementara aku harus minggat secepat dan sejauh mungkin.