PAGI
TAK PERNAH KEMBALI
Oleh
Dian Nangin
Seharusnya,
sejak tadi pagi ia telah mampu membaca situasi Mbah Kakungnya dan menolak usul pergi memanen ikan ke kolam kecil
mereka di balik bukit. Selain terlalu melelahkan untuk lelaki tua seperti Mbahnya, ikan-ikan di sana mungkin sudah
tak terlalu banyak.
Tapi, bocah sepuluh
tahun itu tak punya pilihan. Ketela pohon yang ditanam di pekarangan yang tanahnya
berbatu-batu belum berbuah. Beberapa ekor bebek yang mereka pelihara tampak
enggan bertelur beberapa waktu belakangan ini. Mungkin karena perut mereka
jarang terisi kenyang, seperti pemiliknya. Satu-satunya sumber penghasilan lain
adalah kolam ikan yang sudah berbulan-bulan tidak dijenguk itu.
Setelah berjalan kaki empat jam
pulang pergi ke balik sebuah bukit di utara desa....Silakan baca kelanjutan cerpen ini di website Cendana News https://www.cendananews.com/2018/10/pagi-tak-pernah-kembali.html