![]() |
Ilustrasi Oleh Renjaya Siahaan |
LILIN
ULANG TAHUN
Oleh
Dian Nangin
Selasar itu dipenuhi
orang-orang yang seakan hidup tanpa beban—apakah itu tampak luarnya saja,
entahlah. Beberapa orang duduk berkelompok, tertawa-tawa dengan benda
elektronik dalam genggaman. Sebagian bernyanyi-nyanyi ditingkahi petikan gitar,
ditimpa cekikikan segerombol gadis yang melintas dengan tampilan modis.
Sementara kau sendiri berjalan tertunduk-tunduk di sisi dekat dinding, melangkah
lebar-lebar, ingin segera menyingkir karena sadar pakaian kumal dan karung kecampangmu
tak cocok membaur di sana.
Orang-orang bilang ini
tempat untuk belajar, serupa sekolah. Batinmu bertanya bagaimana gerangan
bentuk belajar yang dilakukan di sini. Ah, kau hanya masih terlalu belia,
hingga jenjang pendidikan semacam ini belum terjangkau pikiranmu.
Sekolah yang kau kenal
adalah belajar di bawah bangunan yang atapnya hasil sumbangan para dermawan.
Tidak mengharuskan seragam. Bertelanjang kaki pun tak mengapa. Tak ada kekangan
setoran wajib. Pun para pengajarnya hanya mereka yang terlihat biasa dan selalu
silih berganti, bukan guru-guru dengan