…Segala perjuangan ibuku dulu tak
sia-sia. Setiap tetes peluhnya yang berharga telah mengantarku ke kota ini. Kini
perempuan itu telah tiada. Takkan kulupa bahwa ia adalah pahlawanku nomor satu.
Dan, sepeninggalnya aku tak lantas sendiri dan merasa sepi. Ada ibu lain yang
dipersiapkan semesta untukku. Diantaranya ada Nyak Lela yang penyayang, serta Jakarta, kota menjelma ibu yang
menaungi dan menghidupiku….
Dian Nangin – IBU
YANG LAIN
Pesimis.
Kata itulah yang
menguasai diri saya begitu selesai mengirimkan naskah cerita pendek karya saya
kepada panitia penyelenggara lomba menulis cerpen dan puisi tahun 2019 yang
diadakan oleh DISPARBUD DKI Jakarta dalam rangka memeriahkan HUT Kota Jakarta bekerja
sama dengan Yayasan Hari Puisi yang berulang tahun pada 26 Juli. Mengapa
pesimis? Pertama, kompetisi ini berskala nasional yang artinya pesertanya bisa
begitu banyak dan peluang menang (menurut saya) cukup kecil. Kedua, dewan juri
yang menilai karya peserta merupakan orang-orang hebat. Jujur, nyali saya ciut!
Sampai pada suatu
siang, saya menerima sebuah email yang berisi pemberitahuan bahwa naskah saya
menjadi salah satu dari sebelas cerpen terpilih!