…Segala perjuangan ibuku dulu tak
sia-sia. Setiap tetes peluhnya yang berharga telah mengantarku ke kota ini. Kini
perempuan itu telah tiada. Takkan kulupa bahwa ia adalah pahlawanku nomor satu.
Dan, sepeninggalnya aku tak lantas sendiri dan merasa sepi. Ada ibu lain yang
dipersiapkan semesta untukku. Diantaranya ada Nyak Lela yang penyayang, serta Jakarta, kota menjelma ibu yang
menaungi dan menghidupiku….
Dian Nangin – IBU
YANG LAIN
Pesimis.
Kata itulah yang
menguasai diri saya begitu selesai mengirimkan naskah cerita pendek karya saya
kepada panitia penyelenggara lomba menulis cerpen dan puisi tahun 2019 yang
diadakan oleh DISPARBUD DKI Jakarta dalam rangka memeriahkan HUT Kota Jakarta bekerja
sama dengan Yayasan Hari Puisi yang berulang tahun pada 26 Juli. Mengapa
pesimis? Pertama, kompetisi ini berskala nasional yang artinya pesertanya bisa
begitu banyak dan peluang menang (menurut saya) cukup kecil. Kedua, dewan juri
yang menilai karya peserta merupakan orang-orang hebat. Jujur, nyali saya ciut!
Sampai pada suatu
siang, saya menerima sebuah email yang berisi pemberitahuan bahwa naskah saya
menjadi salah satu dari sebelas cerpen terpilih!
Sejenak, saya hanya terdiam
sebab saya sendiri telah melupakan naskah itu begitu saya selesai mengirimnya.
Lalu, dua kata yang melompat keluar dari bibir saya: Puji Tuhan! Di saat saya
pesimis, saya justru dimenangkan. Ini menjadi pelajaran berharga bagi saya
pribadi, bahwa seharusnya saya tidak memelihara pikiran-pikiran negatif yang
melemahkan diri sendiri.
Senang rasanya bisa
bersanding dengan sepuluh pemenang lain yang notabene adalah para penulis
senior yang telah memiliki jam terbang menulis yang jauh lebih banyak dari
saya. Dan, antologi ini cukup istimewa karena ini merupakan antologi bersama
saya yang pertama. Buku ini memuat empat puluh empat karya yang terdiri dari
puisi dan cerpen dengan empat kategori. Diantaranya adalah cerpen dan puisi
kategori pelajar, serta cerpen dan puisi kategori umum. Di dalam cerita pendek
dan puisi-puisi yang termaktub dalam antologi ini tertuang kisah dan pemikiran
para penulis dari seluruh penjuru Indonesia tentang Jakarta sebagai ibukota
Republik Indonesia.
Terima kasih kepada segenap panitia dan
dewan juri. Saya akan menulis dengan lebih baik, lebih giat lagi.
Medan,
Penghujung September 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar