PATAH
Oleh
Dian Nangin
Setelah berjalan bersama
begitu jauh, bergandengan tangan melewati kerikil hingga batu besar yang
menghadang, menapaki jalan yang tak selalu mulus, ia meminta kami berhenti
tepat selangkah sebelum tiba di tujuan akhir. Tujuan akhir yang akan
mengantarkan kami pada awal yang baru. Ia memilih berbalik dan pergi. Mustahil
bagiku untuk melanjutkan perjalanan seorang diri, sebab perjalanan ini
diperuntukkan bagi dua orang.
Tanpa menoleh lagi, ia
meninggalkanku beserta sejumlah pekerjaan yang berat untuk dilakukan; menarik
ratusan undangan yang telah disebar, membatalkan segala rencana yang telah
disusun matang.