 |
ilustrasi oleh Harian Analisa |
|
PEREMPUAN-PEREMPUAN
DI KAKI GUNUNG
Oleh
Dian Nangin
Cukup sepotong
kokok pertama ayam yang bertengger di dahan jambu belakang rumah sebagai alarm pagi dan perempuan itu spontan
terjaga. Ia tak lantas bangkit karena pergerakannya barusan membangunkan anak
balitanya dan ia harus menepuk-nepuk punggung si anak agar kembali terlelap.
Pagi masih begitu muda untuknya, belum saatnya ia bangun. Setelah si anak
tenang dan kembali tidur, baru perempuan itu bangkit dan menjaga bunyi langkah
kakinya ketika keluar bilik kecil itu.
Pintu belakang
mengeluarkan suara derit yang kentara ketika dibuka. Serta merta segenggam abu
tumpah menyiram wajahnya. Perempuan itu terbatuk-batuk sambil mengibaskan
tangan. Dalam kegelapan ia menoleh dan mendongak jauh ke atas, ke arah yang selalu
akrab di matanya. Batinnya berkata pasti gunung api di arah selatan itu meletus
lagi tadi malam. Entah pukul berapa, entah untuk kali ke berapa.