![]() |
ilustrasi oleh Analisa/ Renjaya Siahaan |
BUTET
Oleh
Dian Nangin
“Butet,”
katanya sambil menggenggam selintas telapak tanganku yang terulur. Sontak
mulutku ternganga. Aku menunggu ia menyebutkan nama kedua, ketiga, atau
meralatnya dengan nama asli dan menerangkan bahwa Butet hanyalah nama panggilan—yang
tetap saja belum akan bisa kupercayai.
“Boru
Lumban Tobing,” tambahnya sambil tersenyum. Rautnya menunjukkan bahwa ia sudah
sering melihat ekspresi tak percaya seperti yang disuguhkan wajahku.
Keningku berkerut. Nama itu sangat
tidak cocok dengan mata biru dan kulit putihnya. Pun, penampilannya sama sekali
tidak merepresentasikan nama yang disandangnya. Akan lebih masuk akal bila ia
memperkenalkan diri sebagai Janice, Allicia, Emily, atau nama lain khas
perempuan-perempuan benua Amerika. Orang-orang sering bersikap acuh dengan
berkata apalah arti sebuah nama, namun kini aku ingin menggugatnya karena benar-benar
penasaran akan muasal dan alasan penyematan nama itu pada dirinya.
“Kau...asli Batak?!” Usai bertanya,
aku merutuki diri dalam hati. Pertanyaan bodoh! Dengan sekali pandang, siapapun
tahu bahwa perawakannya ia warisi dari orangtua yang jelas-jelas bukan
keturunan asli Indonesia.