by Dian Nangin
Entah
kenapa, tahun ini saya kerajingan ikut kompetisi. Setelah hampir empat tahun
menggeluti dunia fiksi, saya merasa lebih siap dan lebih tertantang untuk
mengikuti lomba-lomba kepenulisan. Sebenarnya, beberapa tahun lalu, di
awal-awal mulai menulis untuk media massa, saya pernah mengikuti kompetisi
menulis cerpen. Namun, saat itu saya masih sangat naif. Saya hanya mengikuti
satu kompetisi dalam setahun, hanya mengirim satu karya, yakin menang, mengincar
hadiah besar, tanpa pengalaman, tanpa pengetahuan memadai, dan tanpa rekam
jejak.
Hasilnya?
Mengecewakan, tentu saja. Saya jelas tidak menang. Bahkan masuk top 30
pun tidak. Setelah karya pemenang dirilis, saya segera membandingkan
diri. Ternyata cerita saya sangat klise, naskah saya mentah, tidak mengindahkan
tata aturan, dsb.
Kini,
setelah mencecap banyak pengalaman, saya merasa sudah cukup matang untuk maju
ke arena perang 😆. Karya saya sudah mendapat tempat di
media massa dan juga media online. Walau demikian, masih banyak pula yang
ditolak para Redaktur atau sedang dalam masa tunggu dan telah berbulan-bulan
terkatung tanpa konfirmasi. Saya sudah pernah menerima puja-puji, kritik pedas,
cibiran remeh, hingga dukungan maksimal. Semua jadi bekal saya untuk mulai
berkompetisi. Eh, tapi bukan berarti setiap orang harus mengalami hal yang saya
alami baru bisa ikut berkompetisi, ya! Mental dan kesiapan masing-masing orang kan berbeda....