![]() |
ilustrasi oleh Harian Waspada |
TABIAT
Oleh
Dian Nangin
Dulu aku tak
paham mengapa ibuku suka cemberut dan berwajah masam bila ayah berlama-lama di
kedai kopi. Dan berkali-kali. Aksi cemberut itu kemudian diikuti sikap marah dalam diam dengan meninggalkan bantal
(dan seringkali tanpa selimut) di sofa ruang tamu, lalu ia mengurung diri di
kamar dan tidur sendirian.
Tinggallah ayah dengan
‘hadiah’ yang menyambutnya di sofa kala pulang. Ia memilih untuk tidak
repot-repot mendinginkan hati ibu yang sedang panas dengan mengakui
kesalahannya, malah menganggap itu sebagai konsekuensi yang setimpal atas
kesenangan yang ia peroleh di kedai kopi. Perangai itu memicu pertengkaran
lebih dalam lagi, sebab, ibu semakin merajuk karena tak dibujuk dan ayah tak
juga meminta maaf.
Sewaktu
masih kecil, ayah cukup sering membawaku ke kedai kopi. Bukan aku