Kamis, 22 Maret 2012

Being A Writer

Aku ingin jadi penulis.
Aku ingin menerbitkan novel karyaku sendiri.
“Apakah mungkin?” Itu adalah suara dari hatiku sewaktu dulu perasaan pesimis masih menguasaiku. Aku berusaha terus aktif menulis meski banyak suara sumbang yang masih suka muncul seenaknya dari pikiranku.
“Apakah akan ada orang yang suka novelku?” Kurasa pertanyaan itu sudah terlalu maju. Hal pertama yang harusnya kupikirkan adalah : “Apakah ada penerbit yang mau menerbitkan novel ku?” Selanjutnya : “Ada nggak ya orang tertarik sama novelku?” “Bagaimana kalau novelku nanti diacuhkan?” Aku nggak akan berhasil. Uh, pikiran pesimis itu memang benar-benar kejam!
Aku memang sangat ingin menjadi penulis. Paling tidak pada masa mudaku, aku ingin berkarya meski pada akhirnya aku tak akan hidup sebagai penulis.
Apa yang kukejar? Uang? Ketenaran? Kurasa semuanya. Ya, aku tak mau jadi pecundang atau dikenal sebagai seseorang yang munafik. Uang memang tujuanku, meski bukan itu yang utama. Aku ingin berpenghasilan, agar aku bisa melakukan apa saja dengan uang hasil jerih payahku sendiri. Aku ingin mandiri, lepas dari beban orang tuaku. Terlepas dari itu semua, aku ingin mengasah bakat. 

Dan hal tergila yang pernah terlintas dipikiranku adalah,”Apakah nanti ada produser yang mau mengadaptasi novelku menjadi sebuah film?” Hmmm, kurasa aku berangan-angan terlalu tinggi. Novel nya saja belum selesai, aku sudah berpikir terlalu jauh ke depan. Dan satu hal yang terus memacu semangatku adalah : bila aku ingin novelku menjadi sebuah film, aku harus menciptakan novel yang hebat.
Tak dapat kupungkiri, perasaan pesimis itu masih suka membayangiku. Ketika aku menyalakan laptop dan siap untuk menulis, perasaan malas menyergapku. Aku berpikir,”masih ada banyak novel lain yang jauh lebih bagus dari novel karyaku. Tak akan ada yang suka karyaku.” 
Seketika itu juga, inspirasi yang sempat hinggap di kepalaku, tiba-tiba hilang, terbang, menguap tak berbekas. Ujung-ujungnya aku menutup kembali folder-folder novelku dan mengalihkan pikiran dengan mendengarkan musik dan melihat-lihat album foto.
Waktu berlalu, dan tak ada karya yang berhasil kuciptakan. Kadang hal seperti itu terjadi berulang kali, aku memang menyedihkan....
Tapi semakin lama aku pelan-pelan menemukan sebuah pemikiran yang akan mematahkan perasaan pesimisku. Aku sering mengunjungi Gramedia. Banyak novel karya anak muda, dan kurasa novel karyaku sama bagusnya dengan novel karya mereka. Kalau mereka bisa, kenapa aku tidak???

Aku tak lagi berpikir,”apakah akan ada orang yang suka novelku kelak?” Jawabannya,”pasti ada”. Aku optimis sekarang.
Layaknya channel TV dan beribu-ribu acara didalamnya. Setiap orang punya selera yang berbeda-beda. Si A mungkin tak suka acara sinetron, ia suka film. Si B mungkin tak suka gosip, ia suka seri petualangan. Begitu seterusnya. Seperti lagu yang diciptakan para musisi-musisi hebat. Ada yang suka musik jenis rock, ada pop, ada yang suka lagu dangdut. Semua ada peminatnya.
Demikian pula dengan harapanku akan novelku. Aku tak perlu mencemaskan semua itu. Yang harus kulakukan sekarang hanyalah berusaha berkarya dengan baik. Karya yang baik akan bernasib baik. 
Aku suka search di internet tentang dunia kepenulisan. Banyak kisah penulis-penulis, ada yang gagal, lalu putus asa kemudian melupakan mimpi jadi penulis. Ada yang berhasil dengan karya hebat. Ada penulis-penulis pemula yang sedang berusaha, layaknya aku. Aku tak akan putus asa, dan aku percaya satu kata-kata bijak yang telah dikenal cukup lama. “There is a will, there is a way
Aku tau masih banyak kesempatan yang berseliweran di sekelilingku. Yang harus kulakukan adalah memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Berhasil atau tidak, itu urusan belakang. Setiap kali aku melanjutkan menulis novelku, selalu terucap doa dalam hati,”Tuhan, tolong berkati usahaku.” “Tuhan, bantu aku untuk terus belajar, karena sesungguhnya aku masih banyak kekurangan dan masih belum mengerti apa-apa.”
Aku akan menulis novel. Aku pasti berhasil, pasti berhasil!

Ganbatte...!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar