Rabu, 16 Maret 2016

Elegi Untuk Sinabung [Harian Analisa]

Halo, Maret...!

Karya saya kali ini dimuat di Analisa Minggu, 06/03/2016. Termasuk pemuatan yang cukup cepat, mengingat saya baru mengirimnya pada 26/02/2016.

Siapa yang tak tahu bencana letusan Gunung Sinabung? Bencana panjang yang telah dan tengah berlangsung hingga enam tahun kini? Saya seseorang yang lahir, besar, dan berdomisili di Tanah Karo, tempat bencana ini berlangsung meski saya bukanlah bagian dari korban atau pengungsi. Beberapa kali pernah mengunjungi posko pengungsian, bermain bersama anak-anak sinabung, mendengar keluh dan kesah para korban.

Pengalaman itu berkali-kali mengusik saya.

Hinggaplah sebuah inspirasi di pikiran, tergeraklah hati ini menulis tentang Sinabung. Ke dalamnya saya tumpahkan segala isi hati, bermacam pemikiran yang menyerang diam-diam, tanpa sungguh-sungguh bermaksud menyinggung apapun dan siapapun.

Ilustrasi Oleh Renjaya Siahaan
            .........
            Jangan hukum anak-anakmu lebih lama lagi, oh, Maha Pencipta.
Simaklah bisikan-bisikan bibir mereka kala bermunajat. Menolehlah pada kepala-kepala yang tertunduk, tangan-tangan menengadah. Telusurilah air mata yang membentuk anak sungai berjeram deras itu.
Dan teruntukmu, Sinabung, oh, Sinabung kekelengen.
Dinginkanlah hatimu.
Bisakah sudahi semua ini?
Adakah segalanya bisa mereda, kembali seperti sediakala?
Bertahun-tahun kini telah berlalu sejak kau bangun dulu. Apakah masih ada tersisa duka dan luka yang mengganjal perasaanmu? Belumkah kau puas sudah menyapu segala keangkuhan? Tataplah, kini anak-anakmu tak punya apapun lagi, kecuali sepotong hati yang remuk redam. 
"Cukup Sinabung
           Aku mohon sudah cukup
          Jiwa-jiwa yang lelah ingin pulang, kembali memeluk kakimu."

sumber : google
Untuk membaca lengkapnya, silahkan kunjungi website analisa atau klik link berikut : http://harian.analisadaily.com/cerpen-rebana/news/elegi-untuk-sinabung/219640/2016/03/06

Sampai jumpa...!