Rabu, 14 Desember 2016

Desa Yang Hilang [Waspada, 11 Desember 2016]

ilustrasi oleh Waspada
DESA YANG HILANG
Oleh Dian Nangin

Seantero desa tiba-tiba gaduh, riuh rendah seperti semut kebakaran sarang. Orang-orang tumpah ruah keluar rumah. Truk-truk pengangkut bergerak. Berlusin-lusin lelaki gagah dengan langkah berderap sigap mengerahkan tenaga.
“Ayo, ayo! Cepaaat!” Lengkingan perintah saling menimpali.
“Lewat sini!” Orang-orang saling memanggil satu sama lain, tak ingin tercerai berai dari keluarga, dari sanak saudara.
“Tasku! Mana tasku?”
Di tengah kekacauan, seorang lelaki tersuruk-suruk menggendong putri semata wayangnya menuju truk terdekat. Lehernya dipeluk erat oleh dua lengan kecil yang mengigil. Gadis kecilnya itu ketakutan setengah mati, tak mampu memahami apa yang tengah terjadi. Kunciran rambutnya bergoyang-goyang hebat.
Lelaki itu setengah melemparkan putrinya ke atas truk. “Tunggu di sini, Cike! Bapak akan kembali!”

TAKDIR ANGIN [JOGLOSEMAR, 11 Desember 2016]

ilustrasi oleh Joglosemar

TAKDIR ANGIN
Oleh Dian Nangin

        Sewaktu masih kecil, aku mengira langit hanya tiga jengkal lebih tinggi dari kepala orang dewasa. Aku berpikir bisa menyentuhnya dengan memanjat pokok jambu di pekarangan belakang rumah. Kujaga keseimbangan tubuh agar bisa bertengger di cabang dahan paling tinggi. Tapi ketika kuulurkan tangan, ternyata langit masih cukup jauh dari ujung jemari yang sudah berusaha kupanjang-panjangkan. Kucari sebatang galah, barangkali dengan bantuannya, aku bisa menjangkau langit. Namun lagi-lagi bentangan mega biru itu masih belum bisa kusentuh.
            Ketika guru Bahasa Indonesia memberi tugas mengarang tentang pengalaman liburan, betapa aku ingin menulis cerita tentang kunjunganku ke langit. Aku ingin berbeda dari

Senin, 05 Desember 2016

November di Kota Hujan [Analisa, 04 Desember 2016]

NOVEMBER DI KOTA HUJAN
Oleh Dian Nangin

Ilustrasi oleh Renjaya Siahaan

Di bulan-bulan penghujung tahun seperti ini, tak ada hal lain yang lebih sering diperbincangkan selain cuaca. Mendung. Rinai air. Basah. Sarat kemurungan, ketidaknyamanan. Barangkali hanya satu dua isu panas yang dapat mengalahkan dinginnya hujan. Isu panas yang ditunggangi para provokator yang mengira bahwa mereka bisa menyetir negeri ini ke arah yang mereka inginkan.
Tapi itu bukan urusan kita, Na.
Kita punya hal lain yang lebih penting untuk dilakukan. Ada pertemuan yang perlu kita genapkan. Serta selaksa rindu yang harus kita tunaikan.