Rabu, 19 Februari 2020

RUMAH INANG [Cerpen Harian Waspada, edisi Minggu, 16 Februari 2020]


RUMAH INANG
Oleh Dian Nangin

          Inang sebenarnya ingin memprotes dengan keras anak-anak dan para menantunya yang tengah berunding di hadapannya, namun tubuhnya yang tak berdaya hanya duduk kaku di atas kursi roda. Batinnya bergemuruh mendengar hal yang sungguh tak ia inginkan; mereka sepakat untuk menitipkannya ke panti jompo. Kesepakatan lainnya adalah menjual rumah milik Inang yang kini sudah tak ada lagi yang mengurusnya, sebab nyaris dua tahun terakhir Inang dirawat di rumah sakit karena menderita stroke.
Kedua bola mata Inang bergerak, berusaha menjangkau sebanyak mungkin pemandangan dalam rumahnya. Menikmatinya dalam lirih. Ia perlahan menyusuri bagian dalam bangunan yang setidaknya telah berusia satu abad ini.

Senin, 03 Februari 2020

SATU HARI DI JANUARI 2020: berkunjung ke situs budaya Puteri Hijau, Museum Letjen Jamin Ginting, mengelilingi pedesaan, ‘menyentuh’ Danau Lau Kawar, menjemput malam di pemandian air panas Desa Semangat Gunung


Halo, Februari!
Selamat tinggal Januari! Tak terasa tahun 2020 sudah sebulan berlalu. Bagaimana harimu? Hidupmu? Beranjak dengan ceria? Atau sudah kelelahan dihajar berbagai problema dan cobaan? Kalaupun, ya, mari lupakan sejenak. Ada banyak hal menyenangkan dan berkesan yang patut dikenang. Dan, ini kenanganku—kenangan kami.
Sebelum kembali ke dalam jeratan rutinitas yang tak kenal ampun, saya bersama adik, abang dan saudara sepupu menyusun rencana untuk bepergian pada tanggal 14 Januari 2020. Here we go…

          1. Situs Budaya Puteri Hijau di Desa Seberaya, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo
Pada pagi hari pukul 09.30, kami berangkat. Setelah mengisi bensin mobil, perjalanan dimulai. Adik sepupu selaku pengemudi memacu mobil menuju Simp. Ujung Aji, masuk ke dalam dan terus mengemudi mengikuti lekak-lekuk jalan aspal, berbelok ke sebuah persimpangan, terus melaju hingga tiba di sebuah gapura berwarna hijau.
Tujuan kami yang pertama: Situs Budaya Puteri Hijau Desa Seberaya. Setelah bertanya kepada seorang petani yang tengah menyiangi padinya, kami menemukan situs itu tidak jauh dari gerbang masuknya. Situs tersebut berada di sebuah bukit rendah dengan sejumlah anak tangga untuk mencapainya. Namun, demi melihat lokasi situs tersebut, kami terdiam dan berpandangan. Hal pertama yang ditangkap mata adalah kesan mistisnya.