Sabtu, 26 Januari 2019

1st Anniversary Bookish Medan


GRUP KITA
by Sony Sirait
Warna-warni memenuhi ruang
Tak mungkin diputihkan
Tak mungkin dihitamkan
Melebihi pelangi
Tanpa hujan untuk hadir
Walau terik tetap hadir


Setahun berlalu dan keberagaman menguat
Aksara merekatkan yang berbeda
Aliran sungai beda
Bermuara ke laut yang sama

Selasa, 22 Januari 2019

Dunia di Luar Rahim [Cerpen Banjarmasin Post, Minggu 20 Januari 2019]

ilustrasi oleh Banjarmasin Post

DUNIA DI LUAR RAHIM
Oleh Dian Nangin

“Tentang apa sebenarnya hidup ini?”
Pertanyaanku membuatnya tertawa. “Hei, kau—kita—masih muda. Kenapa pertanyaanmu begitu serius?”
“Aku sudah memikirkannya begitu lama. Tapi tak pernah kutemukan jawaban yang utuh,” aku mendongakkan kepala. Andai langit punya pikiran, apa pendapatnya tentang kehidupan di bumi yang saban waktu dilihatnya dari atas sana?
“Sudahlah. Tidak usah memikirkan hal-hal yang berat. Di usia ini kita hanya perlu menikmati hidup dan bersenang-senang,” ujarnya ringan.
Aku menggeleng, semua ini tidak sesederhana itu. Banyak hal yang menerobos masuk ke dalam ruang pikirku, tak dapat kuabaikan begitu saja.
“Kemana kita akan pergi?” ia bertanya, bosan. Sudah dua jam kami duduk di halte ini tanpa naik ke salah satu bus yang sejak tadi datang dan pergi.
“Kemana saja,” aku menjawab asal. Sejak melangkah keluar rumah tadi, aku memang tak punya rencana untuk dilakukan dan tak punya tempat untuk dituju.

Senin, 07 Januari 2019

Sepeninggal Rani [Cerpen Remaja Analisa, Minggu 06 Januari 2019]

ilustrasi oleh Harian Analisa

SEPENINGGAL RANI
Oleh Dian Nangin
Sore ini mendung, seakan menggambarkan situasi hati empat anak muda yang masuk beriringan ke sebuah kafe di mall terbesar di pusat kota. Tiga laki-laki, satu perempuan. Waitress yang selalu menyambut mereka pun merasa heran. Biasanya mereka masuk dengan berisik atau tertawa-tawa, mengundang banyak mata untuk menoleh. Namun,  kali ini beda.
“Kapan berangkat, Ran?” Forman bertanya begitu mereka duduk.
Pertanyaan yang sama untuk kesekian kali sejak dua bulan lalu Rani mengutarakan keputusan ayahnya. Sang ayah yang baru naik jabatan di kantor dipercayakan untuk berangkat ke Hongkong. Mengurus cabang perusahaan di sana. Mereka sekeluarga ikut diboyong dan akan menetap cukup lama.
Rani merasa sedih sekaligus antusias dengan rencana itu. Sedih karena harus meninggalkan sekolah, teman-teman, dan kehidupannya yang menyenangkan di Jakarta. Terlebih harus berpisah dengan tiga sahabat laki-lakinya itu. Namun, ia juga antusias karena akan mendapat pengalaman baru di luar negeri.