Jumat, 22 Januari 2016

Cangkir Tanpa Kopi [Harian Analisa]

Holaa...!

Kemarin, 20 Januari 2016, salah satu cerita pendek saya dimuat di sebuah koran lokal Medan, yakni Harian Analisa. Sebuah penantian panjang sebelum akhirnya tulisan ini mendapat tempat di salah satu halaman koran tersebut, karena naskah cerpen ini telah saya kirim pertengahan tahun lalu. Yah, penantian yang berujung manis.



Cerpen ini mengisahkan sebuah kisah yang cukup sederhana, maklum, pemula... Namun, cerpen ini membuat mimpi saya satu langkah lebih dekat. Untuk kamu-kamu juga yang sedang bertutur dalam kisah, yang tanpa lelah menggoreskan pena atau menarikan jari jemari di atas keyboard laptop, yang terus menerus menghitung hari hingga tiba saatnya buah karya itu lahir, mari terus semangat...!

Untuk membaca cerpen ini, silahkan kunjungi website Analisa di analisadaily.com/cerpen-harian/news/cangkir-tanpa-kopi/206837/2016/01/20

Selamat membaca...!

Selasa, 12 Januari 2016

Aku Datang Sebelum Kau Rindu [Catatan Perjalanan Ke Danau Toba]

Halo, 2016....
Happy new year, everybody...!

Nah, kali ini cerita tentang liburan dadakan. Sama sekali tak terencana. Pada hari kedua di tahun 2016. Dengan tujuan Danau Toba!

Tak terhitung berapa kali kaki ini menapak beragam spot di Danau Toba, seperti Tongging, Haranggaol, Silalahi, hingga menyeberang ke pulau Samosir dan menginap di desa Tomok. Tapi, tak pernah bosan, karena dari sudut manapun, danau ini tetap indah dan memesona.

Karena berangkat dari rumah sudah menjelang siang, kami tak punya waktu banyak untuk melakukan beragam kegiatan. Berangkat sudah pukul sepuluh lewat (dari Berastagi), dan tiba di Tongging pukul dua belas. Menuju ke sebuah spot bernama villa Armina (yang saya baru tahu keberadaannya, mungkin juga baru dibangun menilik dari bangunan dan lokasinya) di salah satu sisi desa Tongging.

Karena benar-benar mendadak, jadinya ya kurang persiapan. Meski ada free floating cottage, kami tetap butuh alas duduk dan akhirnya menyewa tikar. Pondoknya agak menjorok ke arah danau hingga sedikit bergoyang-goyang karena ombak. Hati-hati pusing!

Kotak-kotak bekal langsung dibuka karena perut sudah keroncongan. Sayangnya nggak bawa arang dan ikan, padahal tempatnya oke punya buat bakar-bakar. Alat pemangganggnya juga disediakan padahal. Dari pondok apung ini juga bisa langsung mancing. Waktu kami tiba, beberapa lelaki sudah asyik dengan kail pancing masing-masing.
much fun!
Usai makan, tanpa buang tempo, langsung ganti baju dan melompat ke dalam kolam renang. Menyenangkan, meski tidak terlalu pandai berenang. Dan, main air dalam kolam renang yang hanya berjarak sekitar dua meter dari danau, dengan pemandangan bentangan danau itu sendiri adalah sebuah pengalaman baru (yah, mungkin pengalaman semacam ini sudah dialami banyak orang). Kalau biasanya cebur-ceburan di pantai, kadang belepotan pasir dan digoyang ombak, maka kali ini beda. Melompat ke dalam kolam, menyelam sebentar (soalnya nafasnya tidak cukup panjang), dan ketika kepala menyembul ke permukaan air, terhamparlah danau seluas mata memandang, seolah tiada ujung. Thanks God for this beautiful scenery.

swimming time....!

Ready to jump
Puas berenang, kami segera keluar kolam dan berganti pakaian. Agenda selanjutnya adalah naik kapal berkeliling danau.

Setelah keluar dari villa Armina, kami berkendara sisi lain desa Tongging, menuju ke sebuah lokasi dimana banyak terdapat kapal sewaan. Setelah negosiasi, sepakatlah menyewa sebuah kapal selama dua jam dengan biaya 250.000 rupiah. Pihak penyewa juga mengatakan kami bisa singgah di mana saja, bahkan bisa shopping. Dan, dengan teriakan patriotik dan semangat penuh, kami naik ke atas kapal.

let's go...!
Lihatlah kalimat yang diukir di langit-langit kapal itu. Kalau saja semua orang menerapkannya, aku yakin tak akan ada orang yang galau dan mengeluh rindu. Haha....

keep calm and enjoy the view


Menantang angin
Sebuah peristiwa konyol terjadi ketika kami melakukan kegiatan ini.  

Setelah lumayan jauh berlayar meninggalkan tepian, mesin kapalnya mati tiba-tiba dan penumpang yang tak berpengalaman naik kapal tentu panik. Oh, ternyata bensinnya habis. Penyewa menyilakan kami foto-foto sementara ia kembali mengisi bensin yang telah disediakan sebelumnya.

Ketika kami bertanya di daerah sebelah mana kami akan bisa shopping, sang nahkoda mengarahkan telunjuknya ke sebuah tepian sambil berkata,"Kampung Soping, ya, di sana."
"Bisa beli apa saja di sana, Pak? Apa sama kayak Tomok?"
"Itu kampung biasa."
"Lho, tadi Bapak bilang bisa shopping?"
"Bukan, maksud saya Kampung Soping." (entah ini penulisannya benar atau tidak, ketika saya search di google, nama kampung ini tidak muncul)

"Lalu apa kita akan menuju ke sana?" kami kembali bertanya dengan kesal bercampur kecewa.
Tapi ia menjawab tidak dan menyilakan kami foto-foto lagi. Yah, dari tadi juga udah foto-foto, Pak.

Tak menunggu lama, kami segera memilih kembali ke tepian, karena sepertinya kami tak akan menuju kemana-mana lagi. Siapa juga yang mau berlama-lama di tengah danau yang sepi, dengan mesin kapal mati dan diombang-ambong ombak?

Mesin kembali dinyalakan dan kapal pun putar balik.

Perjalanan hanya memakan waktu hampir satu jam dan kami kembali dengan tangan kosong. Grrr... Yah, buat teman-teman yang ingin melakukan kegiatan serupa, harap cek rutenya lebih detail dan waspada agar tidak kecewa.

Alright! Setelah turun dari kapal, kami kembali berkendara menuju spot lain yang saat ini sedang ramai-ramainya dikunjungi. Panorama Air Terjun Sipiso-Piso. Dan, benar saja! Keramaian tempat itu, ketika kami tiba, sudah seperti sebongkah gula yang dikerubuti semut. Cari parkiran saja susah!

we're here...

right behind us
cheers
Sekian cerita liburan dadakannya.

Setelah ini, semua aspek kehidupan kembali ke rutinitas. Mari mengawali tahun ini dengan energi baru, semangat baru, segala sesuatu yang dianggap patut diperbarui. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di waktu-waktu mendatang, tapi hari baik akan datang ketika kita mampu tersenyum dan bersyukur.

Selamat menjalani hari-hari...!