ilustrasi oleh Analisa |
BINTANG
KEHIDUPAN
Oleh
Dian Nangin
Langit malam ini sungguh gelap. Aku
tak pernah benar-benar memperhatikan langit sebelumnya—kecuali pada malam jelang
tahun baru karena ada pesta kembang api. Tapi malam ini, sembari menyandarkan punggung di sofa usang di
belakang rumah, mataku lekat menatap kelamnya langit yang seakan menggenapi
kesedihanku. Aku sering mendengar kalimat ‘kesepian di tengah keramaian’ dan
kupikir kalimat itu terlalu berlebihan. Kini tiba waktuku mengalaminya sendiri
dan merasakan kebenarannya.
Ruang depan masih dipenuhi orang
sekalipun jasad ibu sudah kami antarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya sore
tadi. Sebagian kerabat masih belum akan pulang hingga beberapa hari ke depan.
Sebagian berkata masih ingin menemaniku dan nenek, sebagian beralasan ingin
ikut dalam acara doa bersama yang akan diadakan oleh perkumpulan tetangga dan
persekutuan tempat ibadah kami. Suara bincang-bincang terdengar dari arah
depan, diselingi bunyi langkah kaki yang hilir mudik ke dapur entah untuk keperluan
apa saja.
Namun, untuk sesaat, aku serasa
tuli.