Rabu, 14 Mei 2014

Balada Seorang Pemuda Desa

konon, dikenal seorang pemuda desa
lelaki hidung belang ayahnya
ibunya, perempuan yang barangkali sedikit murahan
yang kemudian meninggal demi memperjuangkannya menghirup hidup

dari para penduduk desa
hanya sedikit terbersit iba
ia hidup, tumbuh dengan perhatian ala kadarnya
kisahnya menjadi gunjing
buruk, amat buruk
sedih, amat sedih hatinya

lalu, si pemuda beranikan diri jamah tanah rantau
ia melangkah dalam duka
tak pernah asri hidup di desa :

pujaan hati telah berpaling ke lain pemuda
tak ada gadis yang mau berbagi hidup dengannya
karna ia miskin rupa
tak berharta,
sebatang kara tanpa keluarga.

kini tambah lagi deritanya:
kota berkhianat, tak menyisakan tempat

ia kembali ke desa
ia hidup sendiri di puncak bukit kesepian
saban malam meniup seruling,
disertai ratapan : ayah bunda apa salah anakmu,
hidup demikan menyakitkan?

penduduk desa terlena dibuatnya,
terbuai oleh liukan nada-nada

sepuluh tahun sudah ia tiada
namun, sesekali terdengar sendu alunan serulingnya
berkolaborasi dengan orkestra suitan angin
mendayu-dayu mengitari malam

sekali waktu, seorang anak bertanya kepada ayahnya
siapa peniup seruling itu?

jawab sanga ayah :
itu adalah pemuda desa,
yang terbuang,
yang tersia,
menyenandungkan balada hidupnya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar