Jumat, 15 Juli 2016

Ketupat Dari Langit [Analisa, 13 Juli 2016]

Catch the moment!

Mungkin kalimat di atas cocok untuk mewakili sebagian besar karya-karya saya yang belakangan sering dimuat. Taktik ini saya pelajari dari banyak materi tentang cara menulis cerpen serta menerbitkannya di media. Diawali dengan dimuatnya cerpen saya berjudul 'Elegi Untuk Sinabung' yang (tentu saja) mengangkat topik tentang bencana letusan Gunung Sinabung, bencana yang amat lekat dengan saya karena lokasi bencana berada di daerah asal saya. Pemuatannya terbilang cukup cepat, hanya selang seminggu sejak saya mengirimkannya kepada redaksi. 

Disusul kemudian oleh cerpen 'Telur Paskah Siosar' yang terbit pada momen paskah dan masih seputar bencana Sinabung. Siosar adalah tempat relokasi para pengungsi bencana yang tempat tinggal asalnya berada dalam radius 3 KM dan mereka tak mungkin kembali ke sana. Perjalanan di Siosar kemudian memunculkan ide cerita cerpen ini.

Tak lama kemudian terjadi sebuah bencana mendadak di daerah wisata Air Terjun Dua Warna di Sibolangit. Bencana ini cukup membuat saya kaget, karena beberapa bulan sebelumnya saya juga melakukan perjalanan ke sana. Sebuah ide tiba-tiba menyambit dan tanpa buang tempo langsung saya tuangkan ke dalam lembaran microsoft word. Beberapa hari kemudian, setelah diedit dan diutak-atik di sana sini, cerpen tersebut saya kirim kepada redaksi. Dan, voila!

Begitu pula dengan cerpen yang satu ini, yang saya tulis bertepatan dengan momen bulan suci ramadhan. Di karya kali ini saya mencoba menuliskan cerita tentang semangat berbagi tanpa pamrih. Cukup banyak pecerpen yang menuliskan kisah pada momen ini dan cerpen saya harus menunggu giliran untuk dimuat.

Tapi, menulis cerpen dengan mengejar momen yang relatif singkat bukan berarti cerita jadi tak berbobot atau terkesan 'melantur' karena ingin cepat dimuat. Saya selalu menulis cerita sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman saya. Bagus atau tidaknya cerpen-cerpen tersebut, tergantung pembaca karena setiap orang punya penilaian dan selera sendiri.  

Dan, tidak selamanya ide lancar mengalir meski sebuah momen besar sedang terjadi atau suatu hal sedang jadi perbincangan hangat. Ada kalanya otak mandek, ide tak kunjung muncul, hingga momen besar tersebut berlalu begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Begitulah.

Ilustrasi Ketupat Dari Langit
........
“Kenapa, sih, kita harus diam-diam, Ma?”
“Hara perlu tahu pepatah yang patut dipegang sewaktu berbuat kebaikan.” 
“Apa?”
“Kalau tangan kanan memberi, sebaiknya tangan kiri tidak perlu tahu.”
Bocah berkuncir ekor kuda itu termenung. Rasanya kalimat barusan pernah ia baca di buku pelajaran Bahasa Indonesia miliknya. Tapi ia tak ingat apa artinya dan berniat untuk membuka buku itu lagi nanti.
“Hara sudah siap? Kita lanjut?!”
“Lanjut, Maaaa...” jawabnya riang. Ia menggosok-gosok tangan, merasa bersemangat meski dadanya berdebar. Ia adalah pemeran utama di sepotong adegan penting hari ini.
.......

Seperti biasa, untuk membaca versi lengkap cerpen ini silahkan kunjungi websitenya di http://harian.analisadaily.com/cerpen-harian/news/ketupat-dari-langit/249275/2016/07/13

Keep reading, keep writing
bye 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar