Rabu, 31 Agustus 2016

IBU BUMI (Sumut Pos, 28 Agustus 2016)

HOLA!
 
Tak ada yang lebih membahagiakan bagi penulis selain ketika karya-karyanya terbit. Layaknya seorang ibu yang tengah mengandung menapaki hari penuh debar hingga akhirnya sang bayi lahir. Atau, umpama petani yang akhirnya tiba saat panen setelah penantian panjang. 

Dan kemudian, penulis berharap karyanya dapat diterima, dinikmati, memberi manfaat, atau setidaknya dapat menghibur. Layaknya sang ibu yang berharap si bayi tumbuh sehat dan cerdas. Atau si petani yang berharap panen akan melimpah dan bernilai tinggi.

Oke, oke, cukup dengan pengumpamaan-pengumpamaan itu. Now, let me give you some glimpse about this short story.
......
"Apa yang tumbuh dari rahim bumi selalu baik. Kita, orang-orang desa ini, hidup dari bumi. Dan itu sudah lebih dari cukup. Mereka, orang-orang kota, hidup dari hutan-hutan beton. Tak cocok untuk kita yang terbiasa dengan hutan bersemak dan berpohon tinggi," demikian Emak berfilosofi.
Nur pun sesungguhnya ingin menjadi sosok bumi yang seperti diumpamakan ibunya dulu. Bumi yang memberikan segalanya, semua yang terbaik. Dari rahimnya bermula kehidupan. Kedua pucuk susunya menjaga kelangsungan hidup. Ia sesungguhnya rela berpeluh-peluh demi semua tuntutan kebutuhan. Tapi semua itu kini hanyalah sebentuk keinginan yang terpasung.
......
Silahkan klik link berikut untuk membaca versi lengkap cerpen ini : http://www.langgamsp.com/2016/08/28/6778/cerpen-dian-nangin-2/

Selamat membaca
Salam hangat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar