Senin, 12 Maret 2018

MANFAAT MEMBACA (FIKSI)

I'm a proud reader!

Semua orang pasti sudah pernah mendengar kalimat ini: Buku adalah jendela dunia. Tapi, tetap saja, kita nggak akan bisa melihat keluar kalau jendela itu tidak dibuka, tidak dipelajari dan hanya diacuhkan.
dok.pribadi
Well, nggak usahlah kita membicarakan mafaat membaca dengan menelaahnya secara ilmiah. Berat! (kata Dilan 😃) Cukup yang ringan-ringan saja, seperti manfaat yang kita sadari kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari.

Saya sendiri (seingat saya) sudah gemar membaca sejak saya mengenal huruf. Apa saja saya baca, segala aksara yang tertera di berbagai media dan tidak hanya buku. Terlebih orang tua saya bukan tipe orang yang menyediakan budget khusus untuk membeli
bahan bacaan dan tampaknya tidak menyadari hobi baca saya. Jadilah sewaktu kecil bahan bacaan saya mentok di buku pelajaran, tulisan di balik kemasan makanan, dan alkitab (ya, dulu saya hobi baca alkitab karena kisah-kisah di dalamnya sangat bagus tanpa menjadikan saya menjadi sosok yang sangat religius 😅) Baru setelah menjelang akhir SD, saya berkenalan dengan majalah kanak-kanak (Bobo) dan berbagai komik lewat koleksi kakak sepupu. Saya juga mulai membaca novel-novel yang dipinjamkan salah satu Bibi saya yang berprofesi sebagai guru (yang paling saya ingat waktu itu adalah novel Si Jamin dan Si Johan)

Di penghujung SMP, bahan bacaan saya perlahan meluas. Di tambah lagi saya mulai belajar mengelola uang jajan karena sudah suka berpetualang dari satu lapak buku bekas ke lapak buku lain. 

dok.pribadi
Kenapa fiksi?

Buku fiksi bisa berfungsi sebagai media pembuka mata (mata yang semakin lama semakin individualis) kita akan kejadian di sekitar kita dengan cara yang lebih mempesona. Fiksi sejatinya adalah rekaman keadaan ri'il yang dibaur dengan imajinasi, namun tidak mengurangi nilai-nilai kemanusian yang didapati di dunia nyata. Fiksi menjadi mempesona karena ia tidak hanya membuai kita dengan kisah khayalan yang juga mungkin tidak terjadi di dunia nyata, tapi kadang ia menghadirkan belahan dunia lain yang mungkin tak dapat kita jejaki dengan telapak kaki sendiri. Fiksi menjadi capaian tertinggi bagi imajinasi, baik bagi pengarang ataupun pembacanya.
dok.pribadi
Banyak orang nyir-nyir, yang kebanyakan bukan pembaca, yang mengatakan bahwa pembaca fiksi adalah orang yang ingin lari dari kenyataan dan mengubur diri dalam dunia imajinasi. Oke, saya tidak sepenuhnya menyangkal. Menceburkan diri ke dalam dunia imajinasi itu memang memberikan keasyikan dan kepuasan tersendiri, yang tidak saya dapatkan di dunia nyata. Namun, dari dunia fiksi itu juga saya bisa menarik pelajaran dan nilai-nilai positif yang bisa diterapkan dan malah sangat membantu kehidupan saya yang sesungguhnya. Ia mengajarkan untuk bersimpati, berempati, dan membuka mata untuk melihat lebih jauh. Fiksi juga adalah jendela-jendela dunia yang menghadirkan pemandangan tak terbatas....
dok.pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar