Jumat, 21 Desember 2018

Sekilas Kehidupan Penulis


Suatu kali, saya membaca kicauan seorang penulis di media sosial twitter. Ia bertanya, apa alasan utama bagi seseorang dalam menggeluti dunia menulis? Pertanyaan itu sungguh beralasan, mengingat bidang kepenulisan belakangan ini cukup berkembang. Banyak buku-buku baru bermunculan dalam waktu singkat sebab dipermudah oleh berbagai hal, salah satunya adalah  perkembangan teknologi.  
Sesungguhnya, di balik dunia menulis yang belakangan ini terlihat ‘enak’ dan ‘gampang tenar’, ada proses kreatif yang cukup melelahkan untuk dijalani (untuk menghasilkan karya berkualitas). Pertanyaan tersebut lalu menyeret hal-hal lain yang lebih besar, seperti kreativitas dan kesehatan mental. Saya berakhir di sejumlah website yang membahas tentang dunia kreativitas dan korelasinya dengan kesehatan mental orang-orang yang menggelutinya.
Penelusuran itu membuahkan fakta-fakta bahwa begitu banyak seniman dan penulis yang memiliki masalah dengan kesehatan mental mereka. Imbas dari masalah tersebut, hidup beberapa penulis tersebut berujung tragis. Akibat depresi, Ernest Hemingway menembak kepalanya sendiri. Virginia Woolf mengakhiri hidup dengan mengantongi batu lalu menenggelamkan diri di sungai. Sylvia Plath bunuh diri dengan menghirup gas karbon dioksida dari ovennya. Dan, masih banyak kasus bunuh diri lain yang dilakukan oleh para pekerja seni. 


Beberapa tahun berkecimpung di dunia menulis (fiksi), saya paham betul bahwa kreativitas adalah poin terbesar yang saya butuhkan dalam berkarya. Dalam setiap pengantar email atau surat yang saya layangkan kepada media untuk menawarkan tulisan-tulisan saya, wajib dicantumkan pernyataan bahwa tulisan tersebut murni karya saya, bukan saduran atau jiplakan. Ini untuk menegaskan bahwa saya tidak mencatut karya orang lain, sebab media juga tidak mau mempublikasikan karya yang sudah pernah beredar di masyarakat. Nah, untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang pernah ada, kreativitas ini memegang peran paling penting.
Dalam salah satu cerita pendek Bondan Winarno yang berjudul ‘RUMPUT’, dituturkan bahwa sejumlah penulis dan redaktur di Bangkok (tidak mutlak, negara ini cuma dijadikan latar cerita) sudah biasa mengonsumsi ‘rumput’ (sebutan bagi ganja) untuk menyokong kreativitas mereka. Katanya, dengan menghirup ganja, pikiran menjadi bersih dari segala persoalan yang mengganggu dan kreativitas akan tumbuh subur. Entah benar, entah tidak. Saya tidak pernah membuktikannya secara langsung. Memang, cerita pendek tersebut hanyalah fiksi, namun saya yakin kisah fiksi berangkat dari situasi real.

Tidak mengherankan. Selain bermasalah dengan kesehatan mental, memang banyak juga pekerja seni yang terlibat dengan obat-obatan terlarang. Banyak hal yang menjadi alasan orang-orang tersebut mengonsumsi narkotika. Bisa jadi memang untuk menumbuhkan kreativitas, untuk mengenyahkan depresi, menenangkan diri, atau  ada alasan lain.
Bekerja mengandalkan kreativitas memang cukup melelahkan. Walau menulis adalah bidang yang sangat saya sukai, bukan berarti tidak akan ada kesulitan yang menghadang. Kebuntuan sering menghampiri. Bahkan saya pernah muak melihat karya sendiri yang disebabkan oleh berbagai hal, bisa jadi oleh rasa tidak puas, jenuh, letih, dan sebagainya. Rasa muak itu lalu berkembang menjadi frustasi.
Tapi, sejauh ini, saya merasa diri saya belum (dan semoga tidak) dihinggapi depresi berat seperti yang dialami oleh penulis-penulis senior di atas. Bila mengalami kebuntuan atau jenuh, saya cukup menghentikan aktivitas menulis sejenak, lalu mencari penyegaran. Atau, tidur. Atau, minum kopi. Atau, mengguyur kepala yang panas dan pusing dengan air dingin.
Oh ya, saya menulis artikel ini semata untuk berbagai pandangan dan pengalaman. Bukan untuk menakuti, meneror, apalagi mematahkan semangat teman-teman yang ingin berkarya di bidang menulis. Menjadi penulis atau pekerja seni tidak lantas akan dihinggapi depresi atau gangguan mental lain. Masih banyak, kok, pekerja seni yang ‘sehat’ serta berprestasi. Dan, kita akan menjadi salah satu di antara mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar