Kamis, 21 Mei 2020

Solilokui Strukturalisme Cerita Pendek dan Kematiannya di Tangan Cerpenis [Antologi Cerpen Pemenang Lomba Menulis Tulis.me 6]


Salam literasi!
dokumentasi pribadi
Akhirnya, buku antologi ini sampai juga ke tangan saya setelah penantian yang cukup panjang! Ini adalah buku antologi pertama saya, tanpa bermaksud narsis ataupun pamer. Ya iyalah, apa juga yang hendak dipamerkan? Masih ada banyak penulis yang lebih senior dan lebih sukses dari saya, serta sudah punya puluhan buku yang diterbitkan. Tapi, biarlah buku antologi saya yang pertama ini menjadi lecut penyemangat agar saya terus berkarya lebih baik lagi. Nah, izinkan saya mengulas buku yang sederhana ini.
          Buku antologi ini berisi lima cerita pendek dari enam penulis pemenang lomba menulis yang diadakan oleh Tulis.me pada tahun 2019 lalu, dimana saya menyabet posisi kedua. Menurut saya, buku ini diterbitkan lebih sebagai dokumentasi dan kenang-kenangan, alih-alih untuk komersil. Berikut saya cantumkan nama penulis serta judul masing-masing karyanya, dengan nomor urut sesuai dengan posisi pemenang:

1. Solilokui Strukturalisme Cerita Pendek dan Kematiannya di Tangan Cerpenis (Encep Abdullah)
          Cerpen ini sungguh unik, menurut saya. Penulis menjadikan unsur-unsur dalam cerpen seperti tema, judul, tokoh dan penokohan, alur, latar dan lain-lain sebagai tokoh utama dalam cerpennya. Kisahnya sendiri cukup mewakili apa yang saya rasakan sebagai penulis cerita pendek, cukup menyentil di beberapa bagian.

2. Ketakutan Terbesar (Dian Nangin)
          Temanya adalah keresahan seorang penulis cerpen yang takut kehilangan daya imajinasinya. Ia lebih takut kehilangan kemampuannya mengarang cerita daripada kehilangan istri dan kehidupan yang nyaman pun mapan. 
dokumentasi pribadi
 3. Kisah Cinta yang Buruk (Dadang Ari Murtono)
          Kisah tentang dua manusia yang bertemu dalam sebuah perjalanan dengan kisah cinta masing-masing yang menyedihkan. Si perempuan dengan kehidupan cintanya yang tragis, dan si lelaki dengan kisah asmaranya yang terhalang restu. Sebenarnya, ada sebuah peluang lagi untuk menghadirkan cinta yang lain di antara kedua manusia tersebut dan memungkinkannya untuk berakhir baik, namun mereka memutuskannya untuk menjadi kisah cinta yang buruk.

4. Saat Hujan Membiusmu (Galih Pangestu Jati)
          Tentang kegelisahan tokoh utama akan kekerasan seksual yang menimpa anak-anak, termasuk anaknya, dengan kecurigaan bahwa pelaku bisa siapa saja bahkan orang-orang terdekatnya.

5. Tuan yang Tidak Mengampuni Para Penulis Cerita yang Buruk (Erwin Setia)
          Penulis berkisah tentang seorang pemimpin kota Jerita yang bernama Tuan Yulden yang mempunyai obsesi akan sebuah cerita—tentunya cerita yang baik. Ia adalah pemimpin kota Jerita yang sungguh berbeda dari para pemimpin kota sebelumnya. Selama masa jabatannya, ia mengeluarkan sebuah peraturan baru. Barang siapa yang menulis atau mengungkapkan suatu cerita yang buruk, maka ia layak menerima hukuman mati.

          Buku ini diterbitkan oleh CV Jejak dengan jumlah halaman 65 halaman (termasuk halaman profil para penulis). Buku yang cukup tipis dan dapat dibaca dalam sekali duduk, namun berisi cerita-cerita pendek yang padat. Para juri tentunya memiliki kriteria dan pertimbangan sendiri dalam memilih karya-karya di atas sebagai pemenang. Dan saya bersyukur bisa menjadi salah satunya.
          Saya berharap kemenangan dan adanya buku antologi ini menjadi pemacu bagi diri saya sendiri agar tidak lelah-lelah berkarya, juga menjadi penyemangat bagi teman-teman yang lain ingin menulis/memenangkan lomba menulis.
          Saya juga berharap Tulis.me tidak jemu-jemu mengadakan lomba menulis, baik menulis cerpen atau puisi atau apapun, sebab menggagas lomba menulis juga merupakan bagian dari melestarikan literasi.
         
          Salam.

2 komentar: